Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merilis
varietas baru kedelai tahan pecah polong. Varietas kedelai ini merupakan
persilangan antara kedelai anjasmoro dengan varietas kedelai berdaya
hasil tinggi. Sehingga didapatkan kedelai tahan pecah polong yang
berdaya hasil tinggi.
Varietas baru ini menjawab permasalahan produktivitas kedelai di
Indonesia yang terbilang rendah. Salah satu penyebabnya adalah buruknya
hasil panen akibat pecah polong. Kehilangan hasil panen akibat pecah
polong sangat tinggi, mencapai 34% sampai 100%. Hal ini tentu sangat
merugikan petani dan menjadi biangkeladi rendahnya angka produktivitas
kedelai nasional.
Pecah polong pada kedelai biasanya terjadi pada tanaman yang
dibudidayakan di musim kemarau. Ada banyak faktor yang menyebabkan pecah
polong, yakni faktor lingkungan, penanganan panen dan varietas
tanaman. Faktor lingkungan diakibatkan oleh kondisi kelembaban rendah,
suhu tinggi dan adanya perubahan suhu yang ekstrem saat kedelai dipanen.
Sedangkan faktor penanganan panen lebih banyak disebabkan karena
tertundanya waktu panen atau kedelai kelewat matang saat dipanen. Hal
ini biasanya terjadi karena kekurangan tenaga kerja saat panen.
Selain kedua faktor tersebut, faktor genetik terkait varietas tanaman
memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap pecah polong. Banyak
varietas kedelai tidak tahan terhadap iklim tropis sehingga hasil panen
menjadi retak-retak atau pecah polong. Oleh karena itu Balitbangtan
terus berupaya memperbaiki varietas kedelai tahan pecah polong.
Produksi nasional
Saat ini pemerintah sedang gencar meningkatkan produksi kedelai
nasional untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Pada tahun 2015
produksi kedelai nasional mencapai 1,27 juta ton. Tahun ini pemerintah
menargetkan 2,63 juta ton. Strategi peningkatan produksi dilakukan
dengan memperluas areal tanam dan meningkatkan produktivitas. Untuk
pulau Jawa perluasan areal tanam sulit dilakukan. Padahal Jawa merupakan
penghasil kedelai terbesar. Satu-satunya jalan adalah dengan
meningkatkan produktivitas.
Saat ini produktivitas kedelai nasional masih rendah sekitar 1,56 ton
per hektar. Jawa Tengah lebih tinggi dari angka nasional yakni 1,87 ton
per hektar. Angka ini masih bisa ditingkatkan karena di Kabupaten
Grobogan angka produktivitas bisa mencapai 2,3 ton per hektar.
Sementara itu di tingkat penelitian produktivitas bisa mencapai 3,2
ton per hektar. Bahkan pihak Balitbangtan berani
menargetkan produktivitas hingga 3,7 ton per hektar pada tingkat uji
coba. Dengan adanya langkah-langkah pengembangan baru pemerintah optimis
pada tahun 2017 produksi kedelai nasional akan mencapai 3 juta ton.
Selengkapnya :
0 komentar:
Post a Comment