Hari pangan sedunia
diperingati setiap tahunnya pada tanggal 16 Oktober. Sejarah hari
pangan sedunia sendiri tidaklah lepas dari sejarah terbentuknya
organisasi PBB yang menangani Pangan Sedunia, FAO. Namun hari pangan sedunia tidak sertamerta diperingati sejak FAO didirikan 16 Oktober 1945. Akan tetapi peringatan hari pangan sedunia bermula dari konferensi FAO ke 20, bulan Nopember 1976 di Roma yang memutuskan untuk dicetuskannya resolusi No. 179 mengenai World Food Day.
Resolusi disepakati oleh 147 negara anggota FAO, termasuk Indonesia,
menetapkan bahwa mulai tahun 1981 segenap negara anggota FAO setiap
tanggal 16 Oktober memperingati Hari Pangan Sedunia (HPS). Sejak saat itu hari pangan sedunia
diperingati dengan mengusung tema yang berbeda di setiap tahunnya.
Tulisan ini bukan untuk menguak sejarah kelam ataupun mengutuk
kemunduran pertanian, akan tetapi kesempatan ini penulis ingin
mengangkat sebuah narasi pentingnya peran petani sebagai pejuang pangan
dan Gizi bangsaku.
Hari Pangan Sedunia Di Indonesia
Hari pangan sedunia
memanglah sebuah momentum besar yang diperingati untuk menekankan
betapa pentingnya pangan bagi keberlangsungan hidup umat manusia di muka
bumi ini. Bukan hanya ketersediaan bahan pangan yang diperjuangkan akan
tetapi, kunci dari kesehatan dan keamanan bahan pangan berada di tangan
petani. Betapa tidak, residu bahan kimia akibat sistem budidaya
sangatlah rentan jika dilakukan secara berlebihan.
Di Indonesia sendiri, Produksi Pangan
dilakukan secara budidaya yang belum begitu tersentuh dengan paradigma
tekhnologi industri yang sangat menekankan produksi optimal dengan
bantuan pupuk kimia yang sangat maksimal. Residu bahan kimia dalam bahan
pangan sangatlah mengancam kehidupan umat manusia. Menurut laporan dari
WHO dan UNEP, di seluruh dunia terdapat lebih dari 26 juta manusia
keracunan pestisida dengan sekitar 220 ribu kematian per tahun. Di
Amerika Serikat, terdapat 67 ribu manusia per tahun keracunan pestisida.
Sedangkan di Cina, terdapat 0,5 juta manusia keracunan pestisida dengan
0,1 juta kematian per tahun (Zhang, et al, 2011).
Untuk itu persoalan keamanan Pangan dan gizi
yang terkandung dalam bahan pangan tak dapat dipisahkan. Sebab
ketersediaan bahan pangan atau jumlah produksi pangan yang setara dengan
kebutuhan pangan saja tidak cukup. Perlu ada penanganan khusus mengenai
kesehatan dan kemampuan bahan pangan dalam memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat.
Menurut laporan
UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund) jumlah
anak balita penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari 1,8 juta (
2005), menjadi 2,3 juta (2006) diluar 2,3 juta penderita gizi buruk
masih ada 3 juta lebih mengalami gizi kurang yaitu sekitar 28% dari
total balita di seluruh Indonesia. Dari jumlah balita penderita gizi
buruk dan kurang sekitar 10% berakhir dengan kematian. Dari angka
kematian balita yang 37 per 1000 ini, separuhnya adalah kurang gizi
(Depkes, 2006).
Status
gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan. Ditingkat
rumah tangga, keadaan gizi dipengaruhi oleh kemampuan keluarga
menyediakan pangan di dalam jumlah dan jenis yang cukup serta pola asuh
yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, perilaku dan keadaan kesehatan
rumah tangga. Salah satu penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita
adalah akibat pola asuh anak yang kurang memadai (Soekirman, 2000).
Petani pejuang pangan dan gizi bangsaku
Dari
keterangan dan data tersebut di atas, sangatlah jelas korelasi antara
peran petani dalam produksi bahan pangan dan status gizi masyarakat.
Pada hari pangan sedunia tahun 2014 lalu Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) melalui FAO telah menegaskan peran petani dalam
pemenuhan gizi masyarakat, sehingga tema utama pada peringatan hari
pangan sedunia tersebut ialah “Family Farming: Feeding The world, Caring For The Earth”.
Tema Hari Pangan sedunia
tahun 2014 tersebut bermakna bahwa pertanian keluarga memberi makan
dunia dan kepedulian pada bumi. Hal tersebut menjadi tanda bahwa petani
keluarga harus memainkan peran yang semakin penting dalam perang global
melawan kelaparan. Tak dapat dipungkiri bahwa dalam memenuhi kebutuhan
kalori kita berasal dari pangan yang kita konsumsi. Dan bahan pangan
tersebut berasal dari kerja keras dan jerih payah tangan petani di
seluruh pelosok dunia, khususnya Indonesia bangsa kita yang dengan
bangga menggelari dirinya sebagai Negara agraris.
Apresiasi pada petani dan keluarganya hendaklah jangan pada hari pangan sedunia
saja. Mereka menjalankan sebagian besar aktivitas produksi bahan pangan
di dunia. Mereka juga melestarikan sumber daya alam dan keragaman
hayati. Mereka adalah landasan pertanian dan sistem pangan yang inklusif
dan berkelanjutan. Mereka adalah pejuang pangan dan gizi bangsaku.
Bapak
pendiri bangsa dan proklamator kita, Ir. Soekarno dalam pidatonya saat
peletakan batu pertama kampus IPB 53 Tahun silam mengatakan “Pangan
adalah persoalan hidup mati sebuah bangsa”. Menyadari bahwa pemenuhan
kebutuhan pangan yang sehat sangat bergantung pada petani maka saat ini
bolehlah kita bersama-sama mengapresiasi kinerja petani dengan
mengumandangkan kalimat “Petani hidup dan mati bangsaku“.
Untuk
menyelamatkan generasi mendatang, sangatlah penting mendorong
peningkatan kesejahteraan petani. Hasil sensus pertanian tahun 2013
menunjukkan bahwa setidaknya 500.000 keluarga petani meninggalkan
profesi di sektor pertanian. Sebagian menjual lahannya kepada pengembang
property dengan keyakinan bahwa keuntungan yang diperoleh lebih
besar dibanding bertahan sebagai petani. Hal tersebut berdampak pada
tenaga kerja sektor pertanian dan secara tidak langsung dapat menurunkan
jumlah produksi pangan nasional.
Dalam momentum hari pangan sedunia
tahun 2016 ini, marilah bersama-sama melakukan tindakan nyata untuk
mendorong kesejahteraan keluarga petani. Kesejahteraan petani sangatlah
penting, sebab Petani tulang punggung pangan dan gizi bangsaku,
bangsamu, bangsa kita tercinta, Indonesia. Dengan sejahteranya petani,
semangat petani dalam menjalankan aktivitas pertanian juga meningkat,
sehingga keamanan dan ketercukupan gizi bangsa kita tetap terjaga
kebersinambungannya.
Selengkapnya:
0 komentar:
Post a Comment