Cara Petani Madura Olah Singkong Jadi Kerupuk
Dalam "katalog" pertanian Indonesia, menanam singkong bukan prioritas utama petani. Salah satu
sebabnya, nilai keekonomian singkong kalah dibanding komoditas pertanian lain,
seperti padi, jagung, kacang tanah, dan cabai. Singkong hanya ditanam di lahan
yang dianggap tidak terlalu produktif.
Namun, petani di Desa Jaddih, Kecamatan Socah,
Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Punya cara "memuliakan" singkong
sehingga harganya lebih ekonomis bahkan tak malu untuk dijadikan buah
tangan. Mereka olah singkong jadi kerupuk.
Ide kreatif itu barangkali muncul karena kondisi alam
di Desa Jaddih. Lahan di sana, baik sawah dan tegalan, merupakan tadah hujan.
Kondisi itu membuat petani Jaddih hanya bertani sekali dalam setahun, yakni
saat musim hujan. Saat kemarau, aktivitas pertanian berhenti total.
Karena hanya bercocok tanam sekali dalam setahun,
komoditas utama pertanian di Jaddih tak beragam, hanya padi dan kacang tanah.
Padi ditanam di sawah, kacang ditanam di lahan tegalan. Khusus di lahan
tegalan, petani menerapkan sistem bercocok tanam "tumpang sari". Maksdunya,
dalam satu lahan ada dua jenis yang ditanam, yaitu kacang dan singkong. Singkong ditanam di pinggiran pematang.
Sistem tumpang sari rupanya jadi penyelamat. Saat
kemarau, dapur tetap ngebul. Selain merawat ternak, petani mengisi
waktu dengan jadi perajin kerupuk singkong.
"Hasilnya cukup buat menyambung hidup dan
membiayai anak di pesantren," kata Mardiyah, warga Jaddih yang menekuni
olahan kerupuk singkong.
Saat saya temui, Mardiyah sedang menjemur kerupuk di
teras langgar. Dia memakai caping untuk menghalau terik matahari. Ada dua jenis
kerupuk yang ia jemur, satu polosan dan satu lagi diberi pewarna makanan. Ia
memberi kombinasi warna merah, kuning, dan hijau agar tampilan lebih menarik
pembeli.
"Harganya sama, Rp 11 ribu per
kilogram," kata dia.
Mardiyah menjelaskan, kerupuk singkongnya laris manis dan dia tak
perlu menjualnya ke pengepul di pasar. Pembeli datang langsung ke rumahnya.
Biasanya untuk dijadikan camilan atau oleh-oleh.
"Kalau lagi sepi pembeli, terpaksa dijual ke
pengepul," ujar dia.