Wednesday, November 29, 2017

INFO PERTANIAN

Cara Petani Madura Olah Singkong Jadi Kerupuk


Dalam "katalog" pertanian Indonesia, menanam singkong bukan prioritas utama petani. Salah satu sebabnya, nilai keekonomian singkong kalah dibanding komoditas pertanian lain, seperti padi, jagung, kacang tanah, dan cabai. Singkong hanya ditanam di lahan yang dianggap tidak terlalu produktif.

Namun, petani di Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Punya cara "memuliakan" singkong sehingga harganya lebih ekonomis bahkan tak malu untuk dijadikan buah tangan. Mereka olah singkong jadi kerupuk.

Ide kreatif itu barangkali muncul karena kondisi alam di Desa Jaddih. Lahan di sana, baik sawah dan tegalan, merupakan tadah hujan. Kondisi itu membuat petani Jaddih hanya bertani sekali dalam setahun, yakni saat musim hujan. Saat kemarau, aktivitas pertanian berhenti total.

Karena hanya bercocok tanam sekali dalam setahun, komoditas utama pertanian di Jaddih tak beragam, hanya padi dan kacang tanah. Padi ditanam di sawah, kacang ditanam di lahan tegalan. Khusus di lahan tegalan, petani menerapkan sistem bercocok tanam "tumpang sari". Maksdunya, dalam satu lahan ada dua jenis yang ditanam, yaitu kacang dan singkong. Singkong ditanam di pinggiran pematang.

Sistem tumpang sari rupanya jadi penyelamat. Saat kemarau, dapur tetap ngebul. Selain merawat ternak, petani mengisi waktu dengan jadi perajin kerupuk singkong.

"Hasilnya cukup buat menyambung hidup dan membiayai anak di pesantren," kata Mardiyah, warga Jaddih yang menekuni olahan kerupuk singkong.

Saat saya temui, Mardiyah sedang menjemur kerupuk di teras langgar. Dia memakai caping untuk menghalau terik matahari. Ada dua jenis kerupuk yang ia jemur, satu polosan dan satu lagi diberi pewarna makanan. Ia memberi kombinasi warna merah, kuning, dan hijau agar tampilan lebih menarik pembeli.

"Harganya sama, Rp 11 ribu per kilogram," kata dia.

Mardiyah menjelaskan, kerupuk singkongnya laris manis dan dia tak perlu menjualnya ke pengepul di pasar. Pembeli datang langsung ke rumahnya. Biasanya untuk dijadikan camilan atau oleh-oleh.

"Kalau lagi sepi pembeli, terpaksa dijual ke pengepul," ujar dia.

0 komentar:

Post a Comment