Selama
ini, masih banyak yang melihat tempurung kelapa sebagai limbah pengolahan buah
kelapa. Umumnya pemanfaatan tempurung itu hanya sebagai bahan pembuatan arang.
Menjawab tantangan untuk berinovasi, BPTP Riau memperkenalkan teknologi
pembuatan asap cair dari tempurung kelapa.
Provinsi
Riau, terutama Kabupaten Indragiri Hulu merupakan sentra perkebunan kelapa
dengan total populasi pohon kelapa lebih dari 66 juta pohon. Potensi produksi
tempurung kelapa dari sejumlah pohon tersebut melebihi 138.775 ton per satu
kali periode panen. Dalam setahun, pohon kelapa dapat dipanen sebanyak 4 kali.
Dengan demikian, total produksi tempurung dapat mencapai lebih dari 500 ribu
ton tempurung dalam setahun. Oleh karena itulah, inovasi pembuatan asap cair
dari BPTP Riau sangat bermanfaat untuk mengatasi melimpahnya limbah tempurung
kelapa di Provinsi Riau.
Pada
prinsipnya, teknologi pembuatan asap cair dari tempurung kelapa cukup
sederhana, yaitu teknologi pirolisis (pembakaran untuk menghasilkan asap) dan
teknologi kondensasi (pengembunan asap menjadi cair). Alat pembakarannya pun
sangat mudah diperoleh karena dapat menggunakan drum bekas. Yang perlu
diperhatikan adalah teknik untuk mempertahankan agar proses pembakaran tetap
berlangsung hingga tempurung terbakar habis.
Setelah
diperoleh asap cair dari dua teknologi tersebut, selanjutnya asap cair
dimurnikan. Teknik pemurnian asap cair dilakukan dengan pengendapan dan
penyulingan atau redestilasi. Dari dua teknik ini dapat dihasilkan asap cair
murni grade 1 yang berwarna bening, rasa sedikit asam, dan aman sebagai zat
tambahan untuk produk makanan.
Selain
grade 1, teknik pemurnian juga menghasilkan asap cair grade 2 yang berwarna
coklat terang, rasa dan aroma asam agak kuat, serta cocok sebagai bahan
biopestisida. Sedangkan asap cair grade 3 yang dihasilkan berwarna hitam pekat,
aroma asap kuat, agak lengket, dan cocok untuk dijadikan pengawet kayu.
Informasi
lebih lanjut: BPTP Riau
0 komentar:
Post a Comment